Warga Kapuk Berniat Tagih Foke di Akhirat
Proses ganti rugi tanah warga Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara mulai disikapi secara mistis oleh para ahli waris. Mereka menggelar aksi teaterikal dengan doa bersama sekaligus prosesi bakar kemenyan. Aksi ini mereka lakukan di Pintu Barat Balai Kota DKI Jakarta, Selasa lalu (02/11).
Tindakan warga tersebut dimaksudkan sebagai sindiran atas sikap pihak Pemprov DKI Jakarta yang mempersulit proses ganti rugi. Padahal pada akhir tahun 2006 lalu, DPRD DKI telah menggelar sidang Paripurna. Salah satu hasil sidang tersebut adalah meminta pihak Pemprov untuk segera membayar ganti rugi kepada para ahli waris. Namun hingga saat ini, rekomendasi itu tidak segera dilaksanakan oleh pihak Pemprov.
Perjuangan warga Kapuk dalam menuntut haknya itu telah berlangsung selama 33 tahun.
“Kami menuntut ganti rugi tanah, sebelumnya diwakafkan pemilik Kani Binti Sapeng dan Mena Bin Lamat sebagai pemakaman. Namun sejak 1977, tanah tersebut dijadikan perumahan Giriselo Indah yang dikelola PT Grisenda. Sedangkan ganti rugi karena peralihan penggunaan tanah tidak pernah dibayarkan,” ungkap H.Dani.
Melihat tidak adanya itikad baik dan pihak Pemprov itulah yang mengakibatkan warga berinisiatif menggelar acara bakar kemenyan. Secara simbolik, acara itu mencerminkan bahwa warga sudah tidak percaya lagi dengan janji-janji manis Foke selama masa kampanye, yang bertekad untuk segera menyelesaikan kasus-kasus warisan para pendahulunya. Tetapi faktanya, hingga saat ini, proses ganti rugi itu tidak juga diberikan.
Menurut Toton, salah seorang ahli waris Mena Bin Lamat, saya tidak habis pikir dengan tindakan Foke yang tidak juga memberikan ganti rugi. “Mereka itu maunya apa sih? Kok, hingga saat ini tidak juga memberikan ganti rugi dan selalu jawabannya nunggu rapat melulu,” keluh Tonton.
Begitu juga halnya dengan Hj.Kani Binti Sapeng, selaku pemilik yang sah lahan tersebut yang juga mengaku kesal dengan Foke. “Semestinya kalau mereka memang tidak mau bayar tanah saya, bilang dong terus terang. Saya ikhlaskan kok, tanah saya buat kuburan. Biar nanti tinggal saya tagih di akhirat,” ujar Hj.Kani Binti Sapeng dengan kesal.
Kuasa ahli waris, H Dani yang menggelar acara tersebut menjelaskan, bahwa acara itu digelar karena dirinya mengaku sudah tidak percaya lagi dengan proses politik dan proses hukum hingga moral pemimpin.
“Sudah tidak ada lagi pemimpin yang amanah, mereka semestinya malu dan harus banyak belajar dari Almarhum Mbah Maridjan. Sebenarnya, saya melihat Bang Foke masih ada itikad baik, tetapi bawahannya itu yang berbelit-belit dan mengulur-ulur waktu,” sindir H.Dani.
Sementara Koordinator LSM Tjahaja Nurani Bangsa (TNB), Gugu Elmo Ra’is menyatakan, tindakan warga itu merupakan bukti bahwa masyarakat kita sudah sangat apatis dengan para pemimpinnya. “Kalau mereka memang memiliki sense of crisis atau kepekaan sosial, mereka dapat dengan cerdas menangkap pesan moral dan tindakan warga itu dan segera memberikan hak warga itu. Masalahnya tinggal apakah mereka memiliki itu atau tidak?” ujarnya.
Senin
Sengketa Tanah Kapuk
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot