Jumat

Gerbang

Membuka lembar tahun baru bisa menjadi saat yang membahagiakan. Masyarakat biasa merayakannya dengan pesta pora dan gemerlap taburan kembang api. Lokasi peristirahat seperti Puncak atau pinggir pantai di Anyer, penuh sesak dengan orang-orang yang ingin menghabiskan tahun baruan.

Seremoni tersebut tidak sedikit menghamburkan uang. Padahal, kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi di tahun 2009 nanti. Krisis global yang mengimbas negara kita pun belum terlihat redanya. Tidak sedikit buruh yang diputuskan hubungan kerjanya, tingginya harga kebutuhan pokok, dan bertambahnya rakyat miskin, menjadi indikasi belum makmur dan sejahteranya negara ini.

Apalagi tidak berapa lama akan diselenggarakan pergulatan politik yang akan memerebutkan tampuk kepemimpinan. Pemilu 2009 akan dimulai tahun depan. Di situ, rakyat akan memilih siapa yang akan membuat kebijakan dan memimpin bangsa ini.

Mudah saja bila hanya memilih pemimpin, tapi mencari pemimpin yang memihak, mementingkan, dan memiliki empati pada rakyatlah yang sulit. Terlebih lagi Pemilu kali ini diikuti oleh puluhan partai dan beberapa calon presiden yang tentunya membuat “bingung” rakyat.

Sekedar mengingatkan, setiap pergantian tahun, umur manusia sebenarnya semakin bertambah yang artinya hidup kita di dunia ini semakin dekat. Dari pada berpesta mengekpresikan hura-hura, kenapa kita tidak lebih menekankan pada intropeksi diri. Melihat ke belakang dan menilai apa yang benar dan salah dalam diri kita masing-masing.

Akan lebih baik bila kita juga menenggelamkan diri dalam perenungan eksistensi sendiri. Mencoba melihat ke depan, memroyeksikan tujuan, dan mencari cara untuk mendapatkan impian. Bersyukur pada Tuhan dan memanjatkan doa adalah yang pertama saat malam tahun baru.
Selamat Tahun Baru 2009 !

Salam,
Redaksi