Senin

Sanggar Alam,Tetap Dibutuhkan Orang

Kata sanggar bagi sebagian orang mungkin akan diartikan sebagai tempat untuk memperoleh pelatihan yang mengacu pada bakat dan hobi. Namun, sepertinya asumsi tersebut tidak berarti demikian bagi Mulyana selaku pendiri Sanggar Alam.

Bapak dua anak asal Cirebon ini menggunakan kata sanggar sebagai nama tempat usaha tanamannya. Sanggar Alam yang berlokasi di pinggir Jalan Raya Kamal, Cengkareng, didirikan tahun 1998, saat kota Jakarta dilanda kerusuhan masal.
Sanggar Alam menjual berbagai jenis tanaman seperti, melati air, tanaman dollar, adenium, dan lain sebagainya. Mengenai harga tanaman di sini sangat bervariasi, tergantung jenis dan tingkat keunikannya. Biasanya harga jual sebuah tanaman sekitar Rp 35.000, sedangkan tanaman dollar harga yang ditawarkan berkisar Rp 10.000 - 15.000 per batangnya.
Tidak hanya tanaman, dijual pula produk penunjang seperti, pupuk, vitamin tanaman, dan batu-batuan. Bahkan, tempat ini pun melayani pengerjaan taman atau landscape yang biayanya tergantung dari luasnya. Misalnya, untuk lahan seluas 15 meter persegi, biayanya mencapai kisaran Rp 5.000.000.
Omzet yang bisa dihasilkan dalam jangka waktu per bulannya memang tidak dapat di prediksi. Tapi, biasanya penghasilan yang diperoleh Mulyana berkisar Rp 500 ribu per bulan.
Dengan angka tersebut tentunya sangat sulit bagi Mulyana untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Tapi, baginya yang terpenting dalam menjalani usaha tanaman ini yakni ketelitian dan kepercayaan pelanggan. “Itu menjadi modal dasar dalam mengelola bisnis ini,” ucapnya.
Saat ini persaingan bisnis usaha tanaman memang tergolong ramai. Jika tidak jeli melihat apa yang menjadi tren pasar perdagangan tanaman, bukan tidak mungkin usaha tersebut akan menuju kebangkrutan. “Namun sampai kapan pun, tanaman akan terus dicari serta dibutuhkan bagi manusia,” ujar Mulyana.