Rabu

Cengkareng Menjadi Pusat Penjualan Hewan Kurban

Bulan Haji lalu, kawasan padat Cengkareng dipadati penjual hewan kurban. Setiap tahun jumlahnya selalu bertambah.

Puluhan pedagang hewan kurban tersebut memadati pinggir Jalan Kamal Cengkareng, tepatya di lahan yang nantinya akan dijadikan jalan tol. Mereka membuka tenda-tenda berukuran besar memamerkan hewan kurban seperti sapi dan kambing.

Bisnis ini sudah dimulai bertahun-tahun lamanya yang kemudian membentuk habitat atau kebiasaan. Hingga jadilah Cengkareng sebagai pusat penjualan hewan kurban di Jakarta Barat dengan jumlah pedangan yang kian bertambah.

Mereka datang dari beberapa daerah di Indonesia, seperti Jakarta, Sumedang, Surabaya, Wonogiri, dan Tangerang. Rata-rata telah berpuluh-puluh tahun ada di tempat ini dan memiliki pelanggan tetap. Karena itulah, mereka tidak pernah takut, meski jumlah pedangang kurban kian bertambah.

Sebelum menggelar lapak di Cengkareng, biasanya mereka menyiapkan diri dengan mencari hewan-hewan kurban yang bagus dan sehat. Setelah itu baru membawanya ke Jakarta dengan truk besar yang disewa senilai Rp2 juta sekali jalan.

Kebutuhan finansial untuk hidup di Jakarta dan pemeliharaan hewan juga mereka persiapkan. Setidaknya perlu biaya antara Rp3 - 4 juta untuk biaya pemeliharaan hewan, karyawan, biaya operasional , dan makan sehari-hari.

Mengenai perizinannya, tak terlalu sulit. Cukup dengan membayar uang administrasi seikhlasnya dan menunjukkan surat kesehatan kurban pada pihak Kecamatan Cengkareng.

Biaya di atas, akan menjadi masalah, jika penjual kurban adalah orang baru dan belum memiliki pelanggan tetap. Seperti yang dialami Muhammad Ali asal Jakarta, pedangan kurban yang kali pertama bisnis di dunia ini mengaku dagangannya sepi pengunjung. Sehari sebelum Lebaran tiba, hewannya hanya laku 15 ekor dari 100 hewan kurban yang dimiliki.

Berbeda dengan Suharto dan Abu Bakar, pedagang asal Wonogiri yang telah 20 tahun lebih berdagang hewan kurban di Cengkareng ini mengaku kebanjiran order. Baik yang datang dari pelanggan tetapnya maupun orang baru.

Setidaknya 60% hewannya terjual sebelum Lebaran Haji datang dengan keuntungan mulai dari Rp100.000 - 200.000/ekor (kambing) dan Rp200.000 - 300.000/ekor (sapi). Sebuah keuntungan yang cukup besar, pantas saja jika penjual hewan kurban ini terus meningkat dari tahun ke tahun.

Meningkatnya jumlah pedagang di wilayah tersebut, membuat mereka berpikir keras untuk menggaet pembeli. Salah satunya dengan SMS dan telepon melalui telepon selular yang mereka miliki. Layanan ini dilakukan untuk memberi kemudahan pada masyarakat dalam membeli hewan kurban.

Tempat Rekreasi Masyarakat
Selain membawa berkah bagi para penjual hewan, tempat penjualan hewan kurban ini ternyata juga dijadikan rekreasi unik bagi masyarakat. Meski mengeluarkan bau tak sedap, banyak warga menonton puluhan hewan kurban di tempat ini, baik pagi maupun sore hari.

Kedatangan mereka berbalut tujuan yang beragam, mulai untuk membeli kambing sampai sekedar mengisi waktu luang bersama anak, istri bahkan teman. Tak hanya mereka, namun jutaan mata pengguna jalanpun turut larut dalam suasana yang dihadirkan.
Entah teringat kisah yang ada di dalamnya atau tak ada pemandangan lain yang unik selain tempat ini. Tapi yang jelas, suasananya sangat mengesankan dan unik.