Sabtu

Rudy Salim, Pimpinan PT. Excel Trade Indonesia

Sukses di Bisnis Penuh Resiko

Rudy Salim terlihat santai bersama komputer jinjingnya saat AdInfo temui di ruang kerjanya di lantai 3 Ruko Broadway PIK, Jakarta Utara beberapa waktu lalu.

Pendiri PT. Excel Trade Indonesia ini, memang lebih senang mengendalikan manajemen perusahaan dan urusan sepele lainnya tanpa suara, tapi melalui media internet. Termasuk memantau puluhan karyawan di 8 cabang di luar kota dengan lebih dari 3000 pelanggan setianya.

Setelah drop-out dari bangku kuliah di Fakultas Kedokteran sebuah perguruan tinggi swasta Jakarta selama dua semester, Rudy Salim nekat membuka usaha pembiayaan transaksi jual-beli di dunia maya, tanpa berjumpa dan kenal orang sebelumnya.

“Modal awal bisnis ini dari study dan belajar secara otodidak dan kenekatan, awalnya saya sempat di tentang ibu yang sempat bilang tak mau bertemu saya sebelum sukses," kenang pria kelahiran Jakarta 24 April 1987.

Menurutnya, inspirasi bisnis ini dari hasil perbincangannya dengan teman yang bekerja di salah satu toko elektronik besar berjaringan nasional yang menyediakan pembiayaan untuk pembelian barang elektronik. Dari perbincangan tersebut, saya melihat potensi yang masih sangat besar dari bisnis pembiayaan pembelian barang kredit, terutama di dunia online.

Sempat Kena Tipu
Tapi, bisnis Rudy tak langsung berjalan mulus, pernah berkali-kali ditipu orang, karena survei ia lakukan hanya melalui telepon, berdasarkan aplikasi dan data yang dikirimkan melalui e-mail kepada calon debitor ke kantor dan rumah calon debitor," terangnya.

Benar saja, permintaan pembiayaan kredit barang naik diikuti naiknya permintaan kredit bodong alias penipuan. Pada awal usahanya didirikan, sudah ada 60 aplikasi dalam satu hari yang masuk dari nasabah di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Tapi, di antara aplikasi-aplikasi yang diajukan untuk dibiayai transaksinya kepada perusahaan Rudy, tak sedikit yang bermasalah. "Karena itu, saya selalu cek aplikasi kredit itu sendiri," ujarnya.

Awalnya, kenekatan dalam berbisnis penuh risiko tersebut, banyak dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Beberapa orang sengaja membuat identitas palsu untuk mengibuli Rudy. Bahkan, dia sempat ditipu sindikat pemalsu kartu kredit dan menderita kerugian hingga Rp 15 juta.

Dari berbagai pengalaman menjengkelkan tersebut, Rudy kemudian banyak memperbaiki sistem pengucuran dana perusahaannya. Dia lalu merekrut beberapa orang yang bertugas menyurvei langsung di lapangan. "Kini, sebelum bisa menyetujui kredit nasabah, kami menyurvei secara ketat. Setelah barang ada, orang tersebut menandatangani perjanjian dan difoto bersama barangnya, hasilnya tingkat bad debt menurun dari 3% menjadi 0,8%." jelasnya.

Sejak sistem baru diterapkan, Rudy jarang kena tipu lagi. Bahkan, banyak pelanggan yang merasa puas atas pelayanan yang aman dan nyaman yang diberikan perusahaan Rudy.

Dalam waktu cepat, nama perusahaan Rudy melejit, terutama di berbagai forum jual beli secara online. Tanpa harus mengeluarkan biaya promosi, publikasi atas perusahaan itu cepat menyebar di banyak forum diskusi di dunia maya maupun dari mulut ke mulut yang pernah merasakan kemudahan layanannya.

Begitu banyaknya permintaan klien dari luar kota membuat Rudy kembali memutar otak untuk meraup peluang tersebut. Dia kemudian menggandeng beberapa moderator daerah di forum online untuk menjadi pimpinan cabang.

Karena itu, Rudy lalu membuka cabang di delapan kota di luar Jakarta. "Kecil kemungkinan para moderator bermasalah karena mereka juga menjaga reputasinya di dunia maya. Sebab, mereka juga berjualan di forum tersebut," tegasnya.