Senin

Akademik dan Seni Harus Seimbang

Manusia diciptakan Tuhan dengan 2 sisi otak yang berbeda, baik dari segi fungsi maupun sistem kerjanya. Oleh karena itu, harus berjalan secara seimbang agar fungsi dari kedua otak ini bisa tumbuh secara maksimal.

Otak merupakan aset terbesar manusia yang harus dioperasikan secara maksimal agar tujuan hidup dapat terealisasi dengan baik. Sayangnya, sistem pembelajaran di negeri kita masih mengacu pada perkembangan otak kiri semata. Padahal di Eropa dan Amerika misalnya, pendidikan menari, menyanyi, melukis, dan sebagainya telah diterapkan pada awal pendidikan.

Mereka yakin dengan merangsang seni, kreativitas, dan imajinasi terlebih dahulu, kemampuan matematis dan analogis anak nantinya bisa lebih baik. Kondisi ini berbalik di Indonesia. Tampaknya kecendrungan kurikulum nasional malah melalaikan pengembangan kreativitas dan imajinasi anak. Sehingga tumbuhlah mereka sebagai manusia yang seadanya, apa adanya, dan minim keterampilan.

Sebelum beralih ke hal yang lebih dalam, berikut sedikit penjelasan tentang fungsi otak kiri dan kanan manusia. Otak kiri berkaitan dengan fungsi akademik yang terdiri dari kemampunan berbicara, kemampuan mengolah tata bahasa, baca tulis, daya ingat (nama, waktu dan peristiwa), logika, angka, dan analisis.

Sementara otak kanan adalah tempat untuk perkembangan hal-hal yang bersifat artistik, kreativitas, perasaan, emosi, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, khayalan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, dan pengembangan kepribadian.

Para ahli banyak yang mengatakan otak kiri sebagai pengendali IQ (Intelligence Quotient), sementara otak kanan memegang peranan penting bagi perkembangan EQ (Emotional Ouotient) seseorang.

Jika dilihat dari fungsi masing-masing, setidaknya tidak ada yang tidak penting di sana. Semua sangat berperan dalam kehidupan manusia. Artinya anak akan menjadi miskin kreativitas bila ia lebih banyak dirangsang menggunakan belahan otak kirinya.

Sebaliknya, jika fungsi belahan otak kanannya lebih kerap digunakan, nantinya anak malah lambat dalam berpikir logis, tidak mampu menganalis sesuatu dan lain-lain.

Seorang pendidik dari Kanaan Global, Rosalia Budi Sumaryani, mempunyai pandangan yang senada. Ia menyatakan dengan tegas bahwa pendidikan akademik dan seni penting karena memiliki kesinambungan.

Menurutnya, orang yang pintar karena sering menggunakan otak kiri, tak akan siap hadapi persaingan karena minim kreativitas dan tak mampu berkembang. Begitu juga dengan orang yang kreatif tapi tidak diimbangi dengan pengetahuan akademik. Mereka akan pincang dan tak mampu berlari kencang.

Bisa dibayangkan, jika ini terjadi pada anak-anak kita. Padahal di luar sana perkembangan terus saja hidup dan tumbuh, jelas sangat menyeramkan bukan? Maka dari itu, segeralah melakukan perubahan untuk anak Anda dengan memberikan pendidikan akademik dan seni.

Jangan lupa untuk melakukan penditeksian terlebih dahulu mengenai bakat/potensi anak-anak Anda sebelum menentukannya pilihan pendidikan seni. Karena jika salah memilih, pendidikan tak akan berjalan mulus, malah bisa membuat anak-anak stres.