Rabu

Sate Singapura

Sebenarnya rumah makan yang telah berdiri sejak 1968 ini lebih terkenal di daerah Yogyakarta. Di sanalah, Sate Singapura pertama kali berdiri dan berawal dari usaha tempat makan pinggir jalan.

Tan Hung Nyo dan Tan Hwat Kiang, pemilik Sate Singapura, berjualan sate tanpa nama di pinggiran jalan daerah Gandekan, Yogyakarta. Mereka berdua memiliki resep sate ayam dan kambing yang khas sehingga banyak orang yang menyukainya.
Lambat laun, penggemarnya bertambah banyak hingga mereka terpaksa pindah ke tempat yang lebih permanen di daerah Klitren, masih di Yogyakarta.
Setelah sekian tahun berdiri, Sate Singapura kini mencoba pasar Jakarta dengan membuka tempat makannya di Jalan Borobudur, Jelambar Baru, sekitar sebulan lalu. Sate Singapura di Jakarta dimiliki oleh anak Tan Hwat Kiang, Anton.
Sesuai dengan namanya, menu andalan Sate Singapura hanya sate ayam dan sate kambing. Anton meracik bumbu-bumbu sate tersebut sesuai dengan yang diberikan ibunya. Menurutnya, bumbu-bumbunya itu sangat khas dan beda dengan sate pada umumnya.
Cara pembuatannya, sebelum dibakar, daging olahan diberi bumbu yang racikannya terdiri dari gula jawa, ketumbar, kecap dan lainnya. Selama beberapa waktu, bumbu-bumbu tersebut dibiarkan meresap ke dalam daging.
Setelah itu, potongan daging baru ditusuk satu per satu seperti sate pada umumnya. Ketika ingin dibakar, sate masih diberi bumbu-bumbu lagi biar rasanya bertambah nikmat. “Sebenarnya, tanpa diberi bumbu kacang/kecap waktu sudah matang sudah enak karena telah diberi bumbu,” kata Anton.
Terdapat 10 potong daging dalam satu tusuk sate ayam atau kambing. Sate Singapura tidak dibakar lama dan tidak menggunakan kecap lagi ketika dibakar. Makanya, daging sate terlihat tidak hitam (gosong) karena pembakaran yang tidak terlalu lama.
Daging sate yang sudah dibakar berwarna coklat dan empuk digigit. Rasanya cukup gurih dan lebih manis dari sate biasanya. Bumbu kacang yang menjadi pelengkap pada sate ayam dibuat agak kasar. Ketika menyantapnya, Anda akan merasakan butiran-butiran kacang yang menambah sensasi rasa tersendiri.
Baik sate ayam atau kambing, disajikan dengan irisan-irisan tomat, bawang merah, dan cabe rawit berwadah kertas dan piring rajutan rotan. Ketiga pelengkap ini pun semakin menambah nikmat sate Sate Singapura.
Harga sate ayam Sate Singapura Rp8.000/porsi dan sate kambing Rp11.000/porsi.
Bukan hanya satenya, Sate Singapura memiliki keunikan lain. Angkringan atau pembakar satenya ternyata dibeli langsung di Singapura.
Jadi ceritanya, setelah sukses berdagang sate tanpa nama seperti yang disebutkan di atas, Tan Hung Nyo dan Tan Hwat Kiang pergi berwisata ke Singapura. Di sana, mereka sepakat untuk menamakan usaha mereka dengan Sate Singapura dan membeli “bakaran sate” dari sana.
Menurut Anton, karena bisa ke Singapura berkat jualan sate, makanya dinamakan Sate Singapura . Ibu saya pun membeli “bakaran sate” di sana dan dibawa ke Indonesia. “Sebenarnya sih, sama saja dengan bakaran sate lainnya, bedanya cuma dibuat dari stainless steel,” jelasnya.
Keistimewaan lainnya, setiap orang yang memesan sate, disediakan penganan kecil seperti kripik singkong dan lainnya sebagai “teman” menunggu. “Biasanya orang iseng kalo nunggu, makanya disediakan penganan gratis biar ngga bosen,” ucap Anton.
Sate Singapura sudah lama terkenal di Yogyakarta. Tak heran bila artis-artis seperti Ateng, Iskak, Dono, Sri Pakualam pun pernah menjadi pelanggan gerai sate ini. Mereka kerap menyantap sate Sate Singapura jika berkunjung ke Kota Gudeg. Bahkan Univesitas UGM dan Atmajaya pun sering memesan sate untuk perhelatan wisuda dan acara lainnya.