Fenomena alam ini kerap kali datang di wilayah utara Jakarta, maklum komunitas kita ini terbilang dekat sekali dengan laut. Dengan prasarana yang tidak memadai, semakin mempermudah air laut mangkal di Muara Baru.
Wilayah Kotamadya Jakarta Utara mempunyai luas 139,56 km2 yang membentang dari Barat ke Timur sepanjang kurang lebih 35 km dan menjorok ke darat antara 4 sampai 10km.
Selain beriklim panas, daerah ini juga dikenal sebagai daerah pantai dan tempat bermuaranya 9 sungai dan 2 banjir kanal. Tak ayal kondisi ini membuat wilayah Jakarta Utara menjadi daerah rawan banjir, baik banjir kiriman maupun banjir karena air laut pasang.
Pendapat di atas bukan sekedar ucapan jempol belaka, namun sangat meresahkan warga. Beberapa hari yang lalu, tepatnya 28 November 2007, wilayah Muara Baru, Penjaringan, dihantam air pasang dengan ketinggian mencapai 2 meter.
Menurut pengakuan dari warga setempat, banjir ini diakibatkan karena air pasang laut dengan ketinggian melebihi tanggul yang dipasang di sekeliling Muara Baru. Debit air yang besar, membuat tanggul tak mampu menahan luapan air laut sehingga menyebabkan banjir di sepanjang pemukiman warga.
Meski bukan kali pertama bencana ini terjadi, namun diperkirakan banjir air pasang itu merupakan yang terbesar di Muara Baru. Karena turut membanjiri beberapa kawasan di luar Muara Baru, seperti Muara Karang Raya, Tol Bandara Cengkareng, dan lain-lain.
Kejadian ini tentu saja meresahkan banyak pihak, baik dari warga setempat maupun warga Jakarta. Ketakutan mereka terhadap bencana ini bukan tanpa sebab. Mereka pun rela berpanas-panasan di Pelabuhan Sunda Kelapa mengajukan keresahan lewat aksi demo.
Dalam aksi demo tersebut, warga meminta pengelola pintu air dan Suku Dinas (Sudin) Tata Air Jakarta Utara segera membuka pintu air tersebut. Karena luapan air pasang sudah masuk ke pemukiman mereka, khususnya di RW 01, 02, dan 03 setelah sebelumnya menggenangi wilayah di RW 17.
Agar terhindar dari air pasang, bukan hanya melakukan peninggian tanggul di sepanjang Muara Baru, namun harus juga melakukan penataaan ulang kota atau rumah agar kerugian yang disebabkan air pasang tak terlalu besar.
Antisipasi
Untuk terhindar dari gelombang pasang, sebaiknya masyarakat bisa melakukan beberapa antisipasi. Pertama, menyesuaikan diri dengan gelombang pasang. Rumah-rumah penduduk di tepi pantai dibuat model panggung yang aman dari genangan air laut akibat gelombang pasang. Bagi daerah pertanian yang tergenang air laut saat gelombang pasang dapat diubah peruntukannya menjadi lahan budidaya perikanan.
Kedua, membuat bangunan pantai yang mampu mencegah gelombang pasang agar tidak merangsek ke darat. Antisipasi ini bertujuan untuk melindungi permukiman, industri, wisata, jalan raya, daerah pertanian, dan lain-lain dari gempuran gelombang pasang. Di Jepang misalnya, upaya seperti ini mampu menyelamatkan manusia dan harta benda lainnya dari hantaman gelombang pasang.
Ketiga, melakukan restorasi melalui peremajaan pantai dan rehabilitasi vegetasi pantai. Cara restorasi dengan peremajaan pantai (beach nourishment) sudah cukup lama dikenal. Proses ini meliputi pengambilan material dari tempat yang tidak membahayakan dan diisikan ke tempat yang membutuhkan.
Keempat, menghindari gelombang pasang dengan cara merelokasikan pemukiman, industri, wisata, daerah pertanian, dan lain-lain ke arah darat agar tidak terjangkau gelombang pasang.
Senin
Air Pasang di Muara Baru
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot